قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: “قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ” (سورة آل عمران: 31)
Allah SWT berfirman: Katakanlah, “Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS Ali Imran [3]: 31)
Imam Ibnu Katsir (w. 774 H) di dalam Tafsîr al-Qurân al-Azhîm (Tafsîr Ibni Katsîr) menjelaskan ayat ini dengan menyatakan, “Ayat yang mulia ini menetapkan bahwa siapa saja yang mengklaim cinta kepada Allah, sedangkan ia tidak berada di jalan Muhammad saw. (tharîqah al-Muhammadiyyah), maka ia berdusta sampai ia mengikuti syariah Muhammad secara keseluruhan.”
Kecintaan kepada Nabi saw. dalam bentuk kecintaan yang benar dan tulus niscaya menghasilkan ketaatan kepada beliau. Di dalam penggalan Syair Imam Syafii (w. 204 H) dinyatakan:
Andai cintamu benar, niscaya engkau menaatinya
Sungguh pencinta itu sangat taat kepada yang dicinta.