Data DP3A Kaltim 2024 menunjukkan empat daerah dengan prevalensi stunting tertinggi:
– Kutai Barat: 27,6 persen
– Kutai Timur: 26,9 persen
– Balikpapan: 24,7 persen dan terus meningkat
– Penajam Paser Utara (PPU): 32 persen, tertinggi di Kaltim
Menurut Agusriansyah, data tersebut menunjukkan kegagalan kolaborasi, bukan semata kekurangan dana. Ia menekankan perlunya sinergi lintas sektor yang lebih nyata, mulai dari pemerintah daerah, puskesmas, hingga pendamping keluarga.
“Kalau kolaborasinya lemah, angka stunting akan stagnan. Kita mau hasilnya terasa tiap tahun, bukan formalitas laporan.”
Agusriansyah juga mengingatkan adanya konsekuensi serius bila penanganan stunting tidak menunjukkan progress. Pemerintah pusat memasukkan indikator stunting sebagai salah satu variabel penilaian dalam penentuan dana transfer. Jika kinerja daerah buruk, potensi pemangkasan bisa terjadi.

















