Diketahui Gereja Pniel ini diperkirakan sudah berusia 102 tahun, dan sebelumnya sudah pernah dilakukan renovasi, yang saat itu disaksikan langsung oleh para orang tua terdahulu dan ini merupakan renovasi yang kedua.
” Kendala yang dialami selama pembangunan yakni biaya , seandainya biaya ada dari tahun lalu (2022) kami sudah lakukan renovasi. Agar rencan renovasi dapat terlaksana,tidak henti-hentinya kami mengimbau kepada seluruh jemaat untuk memberikan persembahan, dan dikumpul sedikit demi sedikit, dan semuanya ini adalah swadaya dari para jemaat, sehingga tahun ini (2023) barulah dapat dilakukan renovasi, atau rehab,” terang Pendeta Fransiska, A.Puang. S.Th.
Hal senada juga disampaikan oleh salah satu anggota majelis Gereja Pniel, Kapten CBA Marten Luter R, dimana dijelaskan, jika awalnya, bangunan gedung gereja tersebut di bongkar rata dengan tanah, akan tetapi Gereja Pniel adalah cagar budaya peninggalan belanda, yang diatur dalam Perda nomor 8 Tahun 2014, terkait dengan pelestarian cagar budaya.
” Awalnya kami majelis gereja bersama pendeta berniat untuk membongkar secara rata, dikarenakan ruangan ibadah Gereja PNIEL sudah sangat sempit. Dalam sehari kita sampai 4 kali ibadah, namun karna kita menghargai keputusan pemerintah bahwa Gereja Pniel ini merupakan cagar budaya, sehingga kami mengikuti aturan Pemerintah,” tuturnya.
