Lebih jauh, dalam hal pelayanan kesehatan, jika seluruh kawasan di Luwu Raya ini digabungkan, juga masih jauh dari kuota tunggal yang diterima oleh Bone.
“Total gabungannya hanya 41.348 peserta, masih jauh di bawah kuota tunggal yang diterima Kabupaten Bone,” ucapnya.
Dari Tanah Sawerigading, Seruan Keadilan Menggema
Lebih jauh lagi Karemuddin menyatakan bahwa kebijakan kuota kesehatan ini menjadi cermin ketimpangan. Untuk itu Luwu Raya didesak harus mandiri.
Luwu Raya ini, sambung dia, bukan daerah yang baru tumbuh. Ini tanah tua, tanah peradaban besar Bugis-Makassar.
“Dari Luwu lahir nilai marwah, kehormatan, dan harga diri. Tapi hari ini kita justru merasa seperti anak tiri dalam rumah besar Provinsi Sulawesi Selatan,” tegasnya.
Bahkan, politisi PAN itu menyoroti bahwa Luwu Raya telah dikeruk sumber daya alamnya. Tapi tidak begitu bermanfaat bagi warga Luwu Raya.
“Kita kaya sumber daya alam, punya manusia yang unggul, dan masyarakat yang bekerja keras. Namun telah dibatasi oleh sistem dari pusat dan provinsi,” bebernya.
Karemuddin mencontohkan berbagai pembangunan yang sangat timpang. Termasuk kebijakan anggaran yang tampak tidak berpihak.