“Pembangunan memang sepertinya tidak merata,” nilai dia.
Seruan Pemekaran
Karemuddin tidak menahan diri untuk menyampaikan bahwa mestinya Luwu Raya sudah mandiri. Berpisah dari Sulsel.
Pun demikian, dia menyerukan agar upaya tersebut dilakukan dengan cara elegan. Tidak dengan amarah.
“Kita lakukan bukan dengan amarah, tapi dengan kesadaran bahwa daerah ini mampu berdiri di atas kaki sendiri,” pintanya.
“Kita tidak ingin berpisah karena benci, tapi ingin berdiri karena mampu. Kita ingin membangun rumah besar sendiri, di mana setiap anak Luwu, dari Larompong sampai Sorowako telah
berjuang pembentukan Provinsi Luwu Raya,” sambungnya.
Ambisi ini adalah upaya untuk memastikan pemerataan pembangunan dan keadilan sosial di wilayah yang selama ini terpinggirkan dari kebijakan pusat maupun provinsi.
Luwu Raya bukan untuk memisahkan diri, tapi untuk menyatukan kekuatan dalam kemandirian. Bukan untuk menyaingi, tapi untuk menunjukkan bahwa kita juga bisa maju jika diberi ruang menentukan nasib sendiri.
“Apakah Luwu Raya ini anak tiri? Apakah masyarakat kita tak dianggap? Jika kita terus diam, ketimpangan ini akan diwariskan kepada anak cucu. Inilah saatnya kita bersatu, dari tanah leluhur, menuju masa depan yang adil dan bermartabat,” pungkas Karemuddin. (*)