SAMARINDA – Insiden perundungan yang menyebabkan seorang siswa SD di Samarinda Seberang mengalami patah tulang kembali membuka luka lama soal lemahnya sistem perlindungan anak di sekolah. Komisi IV DPRD Kaltim menilai kasus ini bukan sekadar persoalan individu pelaku atau korban, melainkan bukti bahwa ekosistem pengawasan di sekolah belum berjalan sebagaimana mestinya.
Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Syahariah Mas’ud, menyebut sekolah seharusnya menjadi ruang aman bagi anak. Ia menilai kejadian yang berlangsung pada jam belajar itu menunjukkan adanya celah besar dalam mekanisme pengawasan harian.
“Kalau sampai terjadi kekerasan fisik di lingkungan sekolah hingga menyebabkan patah tulang, berarti ada sistem yang tidak bekerja,” ujar Syahariah, Jumat (5/12/2025).

















