KUTAI BARAT – Pemerintah Kabupaten Kutai Barat (Pemkab Kubar) melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) berencana menerbitkan tujuh buku bertema kebudayaan lokal sebagai bentuk pelestarian nilai adat dan kearifan masyarakat.
Rencana ini dipaparkan dalam kegiatan presentasi laporan pendahuluan penyusunan buku, yang digelar di Aula Disdikbud Kubar, Barong Tongkok, Kamis (16/10/2025).
Kegiatan tersebut dihadiri Kepala Disdikbud Kubar Robertus Bandarsyah, Kabid PPD Yusuf Subaryono, tokoh adat, tokoh masyarakat, serta para penulis buku.
Adapun tujuh judul buku yang tengah disusun, yaitu Pelangi Sendawar, 101 Nasihat Bijak dalam Ritual Perkawinan Adat Dayak Benuaq, Pesan Eskatologis dalam Ritual Kematian Dayak Benuaq, Monaq dan Ringeng Jilid II, Sejarah Lamin Tolan, Mancong, Benung dan Pepas Eheng, Strategi Pembangunan dan Pelestarian Adat serta Hukum Adat Budaya Rentenukng Berbasis Komunitas Lokal dan Sejarah Kampung-Kampung di Kawasan Linggang
Kabid PPD Disdikbud Kubar, Yusuf Subaryono mengatakan, proyek ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah daerah dalam pelestarian budaya lokal. Penulisan buku dilakukan secara swakelola tipe III dan didukung langsung oleh Bupati Kutai Barat.
“Anggaran yang disiapkan sebesar Rp1,5 miliar, bersumber dari APBD Murni Tahun Anggaran 2025,” jelas Yusuf.
Proses penulisan melibatkan lima orang dari tim pelaksana Disdikbud, serta tokoh adat dan masyarakat Dayak Benuaq dan Tunjung. Keterlibatan mereka bertujuan memastikan isi buku sesuai dengan nilai-nilai asli masyarakat Kubar.
“Bupati sangat mendukung penerbitan buku ini. Nantinya, buku-buku tersebut juga akan dijadikan bahan ajar muatan lokal di sekolah-sekolah,” tambahnya.
Yusuf menyebutkan, seluruh penulis merupakan warga lokal Kutai Barat. Proses penulisan ditargetkan selesai pada Desember 2025, sebelum didistribusikan ke sekolah-sekolah usai mendapatkan lisensi resmi.
Direktur Perkumpulan Bina Benua Putijaji, Paulus Kadok menilai proyek ini menjadi tonggak penting dalam penguatan identitas budaya daerah.
“Penulisan tidak hanya mengandalkan studi literatur, tetapi juga melalui riset lapangan, agar hasilnya lebih mendalam dan kontekstual,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu penulis, Fedelis Nyongka, mengatakan buku-buku yang ditulis akan menjadi sumber pembelajaran tidak hanya bagi pelajar, tapi juga masyarakat luas.
Fedelis menggarap dua judul, yakni Pelangi Sendawar dan Sejarah Lamin Tolan. Keduanya ditargetkan rampung pada awal Desember 2025. (*)