Sementara itu, Budi sebagai Wakil jenderal lapangan (Wajendlap) mengatakan jika pemerintah dalam menaikkan harga sangat tidak ideal. Menurutnya, 80% BBM Subsidi hanya dinikmati oleh kalangan atas, sehingga kebijakan tersebut tidak tepat sasaran.
“Naiknya harga BBM bersubsidi yang dilakukan oleh pemerintah sangatlah tidak ideal, padahal kita dalam posisi transisi dari pandemi menuju endemi,” terangnya.
“Kita lihat harga semula BBM jenis Pertalite Rp. 7.650/Liter menjadi Rp. 10.000/Liter, Pertamax Rp. 12.500/Liter menjadi Rp.16.000/ Liter, Solar dari Rp. 5.150/Liter menjadi Rp. 7.200/Liter, dan lebih mirisnya lagi, BBM subsidi tidak tepat sasaran,” tutup Budi.