Dengan telaten dan penuh kejelian, sampah buangan warga mulai dibolak balik, mencari kardus-kardus bekas dari balik gundukan sampah, yang tidak semua orang mampu menahan bau busuk, yang menyengat, tajam, dan menusuk indera penciuman.
Kantong kresek berisikan sampah, tak luput dari incaran Cumming, perlahan-lahan dibuka dan diperiksanya dengan teliti, dengan penuh harapan ada barang bekas yang dapat dijual. Makanan sisa pun tidaj luput dari tatapannya, itu juga dikumpulkan buat makan anjing piarannya.
Dari pengakuan Cumming, kardus-kardus bekas hasil pulungannya itu, nantinya akan dijual ke pengusaha pengepul atau penampung barang bekas, dan rongsokan, yang ada daerah Benteng.
“Kardus-kardus bekas seharga dua ribu rupiah sekilo itu, tentunya setiap malamnya saya berharap bisa dapat banyak. Seberapapun hasilnya dalam samalam di syukuri, karena mau bagaimana lagi, ditengah himpitan ekonomi, dari hari ke hari harga bahan pokok naik, lebih-lebih sekarang minyak goreng, sudah mahal, susah lagi dapatnya,” ujar Cumming, sembari melap keringat yang mengucur di jidatnya.
Salah satu alasan mendasar yang menyebabkan Cumming, terjun melakoni profesi pemulung kardus bekas karena sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan, dan tentunya menambah panjang deretan nama warga yang jadi pemulung di Kepulauan Selayar.